Kematian Sindrom Alpha-Gal Pertama Dilaporkan: Meningkatnya Ancaman Alergi yang Ditularkan Kutu

13

Kematian pertama yang dikonfirmasi terkait dengan sindrom alpha-gal, alergi parah terhadap daging merah yang dipicu oleh gigitan kutu, telah dilaporkan di New Jersey. Kasus ini, yang dirinci dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice, menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran kesehatan masyarakat seiring dengan meningkatnya populasi kutu dan kesadaran akan kondisi ini masih rendah. Korban berusia 47 tahun tersebut meninggal setelah mengonsumsi hamburger, mengalami anafilaksis parah meski awalnya hanya tampak sakit ringan.

Misteri Sindrom Alpha-Gal

Sindrom alfa-gal (AGS) bukanlah alergi makanan pada umumnya; ini adalah respons imun terhadap molekul gula yang disebut galaktosa-alfa-1,3-galaktosa (alfa-gal). Gula ini terdapat pada sebagian besar mamalia kecuali manusia dan primata. Kutu, khususnya kutu Lone Star (Amblyomma americanum ), menularkan alfa-gal saat memakan hewan seperti rusa, sapi, dan babi, lalu menggigit manusia. Sistem kekebalan tubuh manusia mengenali alfa-gal sebagai benda asing, sehingga menghasilkan antibodi yang memicu reaksi alergi ketika daging merah atau produk yang mengandungnya (agar-agar, beberapa obat) dikonsumsi.

Diagnosis Tertunda dan Reaksi Parah

Mendiagnosis AGS bisa tertunda karena gejalanya mirip dengan reaksi alergi lainnya dan banyak dokter kurang kesadaran. Pria New Jersey ini awalnya mengalami gangguan pencernaan yang parah setelah mengonsumsi steak beberapa minggu sebelum reaksi fatalnya, namun mengabaikannya. Kemudian, otopsi tidak mengungkapkan penyebab langsung kematian sampai tes darah memastikan tingkat antibodi IgE alfa-gal yang sangat tinggi (lebih dari 1% – ambang batas yang signifikan). Tingkat triptasenya melebihi 2000 ng/mL, menunjukkan anafilaksis ekstrem.

Ancaman Kutu yang Meluas

Jangkauan geografis kutu Lone Star meluas ke utara akibat perubahan iklim, sehingga meningkatkan risiko AGS di wilayah yang sebelumnya tidak terkena dampak. Musim dingin yang hangat memungkinkan musim kutu yang lebih panjang, dan populasi rusa, inang utama kutu, juga bermigrasi. CDC melaporkan bahwa 42% profesional kesehatan yang disurvei pada tahun 2023 tidak mengetahui AGS, sementara 35% kurang percaya diri dalam mendiagnosisnya.

Pencegahan dan Penatalaksanaan

Saat ini, tidak ada obat untuk AGS. Penatalaksanaannya melibatkan penghindaran ketat terhadap daging merah, produk susu, dan obat-obatan tertentu. Reaksi dapat berkisar dari gatal-gatal ringan hingga anafilaksis yang mengancam jiwa, sehingga memerlukan penggunaan epinefrin (EpiPen) dan antihistamin. Menghindari gigitan kutu melalui pakaian pelindung, penolak nyamuk, dan pemeriksaan rutin tetap menjadi tindakan pencegahan utama.

Kebutuhan Mendesak akan Kesadaran dan Tindakan

Jumlah tes antibodi alfa-gal yang positif telah meningkat seratus kali lipat antara tahun 2013 dan 2024, yang menandakan peningkatan pesat masalah kesehatan masyarakat. Meskipun ada peringatan dari para ilmuwan, tindakan politik dan kebijakan masih tertinggal. Situasi ini menggarisbawahi perlunya peningkatan kesadaran di kalangan penyedia layanan kesehatan, peningkatan pengawasan, dan tindakan proaktif untuk mengendalikan populasi kutu. Mengabaikan bom waktu ini hanya akan menyebabkan kasus yang lebih parah dan kematian yang dapat dicegah.